Pembelajaran Menggunakan E-Learning
Tiara Marlina
E-Learning atau Elektornik Learning adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan memanfaatkan fungsi internet dalam kegiatan pembelajaran dengan menjadikan fasilitas elektronik sebagai media pembelajaran.  Metode E-Learning ini merupakan suatu perkembangan dalam dunia pendidikan.
Perubahan paradigma pendidikan menjadi dasar perubahan undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang memuat tentang mekanisme dan prinsif pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Dalam undang-undang sisdiknas di uraikan secara detail tentang sistem pendidikan nasional m ulai dari pengertian umum seperti pengertian tentang guru, kurikulum, tujan pendidikan pengertian pendidikan dan pengertian pengajaran.
E-Leraning pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (Computer Assisted Instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-Learning dari masa ke masa mulai tahun 1990. Dan E-Learning terus mengalami perubahan, pada tahun 1999 Aplikasi E-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (Learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. E-Learning berbasis Web ini mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.
E-Learning telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. E-Learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.  Dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran, dan  peserta didik tidak perlu duduk di dalam kelas untuk menyimak setiap materi pembelajaran yang disampaikan guru secara langsung, tetapi dapat disimak setiap saat pada tempat dimana saja yang terhubung dengan fasilitas internet.
Misalnya Program D3 TKJ ( Teknik Komputer dan Jaringan ) kerjasama pihak Jardiknas dengan Perguruan Tinggi seperti UPI, UNY, dan lain-lain. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk pembelajaran/perkuliahan jarak jauh, dimana para mahasiswa selain belajar di kampus, mahasiswa lebih banyak belajar lewat fasilitas jardiknas yang ada di ICT Center. Proses pembelajaran yang dilaksanakan Program D3 TKJ merupakan salah satu contoh bentuk E-Learning.
Dengan adanya metode E-Learning, peserta didik dapat memperoleh materi serta soal-soal yang harus diselesaikan melalui internet. Peserta didik dapat mengakses dan mengetahui informasi hasil pekerjaan atau nilai yang diperoleh dari setiap tes yang diselesaikan. Peserta didik dapat belajar dari komputer pribadi dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan Internet. Peserta didik dapat mengatur waktu belajar sesuai dengan keinginan. Jumlah peserta didik yang bisa ikut berpartisipasi dan berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran tidak terbatas dengan kapasitas kelas. Materi pembelajaran dapat disesuaikan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pendidik.
Meskipun demikian, penggunaan metode E-Learning tidak dapat memberikan pembelajaran yang aktif sepenuhnya, seperti mata kuliah kalkulus, statistik, akuntansi, fisika atau mata kuliah kuantitatif lainnya yang memerlukan bimbingan dari pendidiknya secara langsung. Lalu, metode ini membuat peserta didik menjadi kurangnya semangat dikarenakan semuanya serba instant, penggunaan teknologi internet pun dalam proses belajar mengajar membuat peserta didik semakin jauh dari buku. Padahal bagaimanapun juga buku adalah jendela dunia. Selain itu pertanggungjawaban dari pemnbelajaran yang diajarkan melalui metode E-Learning sulit dibuktikan karena pembelajaran tersebut berada di dunia maya, dimana didunia ini semua bisa dimanipulasi dengan mudah. Kurangnya atau minimnya tatap muka antara pendidik dan peserta didik membuat komunikasi diantara keduanya kurang, padahal komunukasi secara langsung pun masih sangat tetap diperlukan.
Dari pandangan penulis mengenai hal ini, E-Learning cukup membantu proses belajar mengajar. Untuk peserta didik yang mempunyai keterbatasan jarak, ruang, dan waktu dapat mempermudah mereka dalam menerima pembelajaran secara jarak jauh. Tetapi E-Learning masih banyak kekurangan yang belum bisa menggantikan proses belajar mengajar secara langsung terutama di Indonesia, karena pendidikan di Indonesia fasilitasnya masih belum merat terutama di daerah-daerah. Kondisi perekonomian peserta didik pun tidak sepenuhnya mampu untuk mencukupi kebutuhan E-Learning secara pribadi maupun secara instansi. Sumber Daya Manusia di Indonesia juga belum siap dengan perubahan pembelajaran tersebut. Sehingga banyak orang yang menyalahgunakan E-Learning.  Sebaiknya peserta didik diberi pemahaman dan pengetahun tentang E-Learning terlebih dahulu untuk meminimalisir dampak negatif.
7/18/2012 04:34:49 pm

Thank you for taking up the time and effort to write this vital piece of information. It is really a commendable job that you have done. I think you’ve put up a very nice effort. This is a interesting topic, thank you for taking the time to start up this discussion.

Reply



Leave a Reply.

    created by:

    Tiara Marlina

    Archives

    April 2012
    March 2012

    Categories

    All
    Choukai
    Kultum
    Paper
    Psikoper
    Tugas Ict